background

Maesa Update

Mau Cabut Gigi? Ternyata Bisa Berisiko Kalau Kamu..

Mau Cabut Gigi? Ternyata Bisa Berisiko Kalau Kamu..

Verified by: drg. Tya Salampessy


Meskipun pencabutan gigi merupakan prosedur medis yang cukup sering dilakukan. Namun, tidak semua orang bisa langsung menjalani tindakan ini tanpa proses medical check-up terlebih dahulu. Pasien yang memiliki penyakit dalam perlu memperhatikan risiko-risiko khusus sebelum mencabut gigi. Jika tidak ditangani dengan benar, prosedur yang tampak sederhana ini bisa menimbulkan komplikasi serius bagi kesehatan.

Bagaimana penyakit dalam mempengaruhi prosedur pencabutan gigi?

Saat gigi dicabut, tubuh akan mengalami perdarahan, peradangan, dan proses penyembuhan luka. Pada orang dengan kondisi medis tertentu, sistem tubuh tidak dapat bereaksi normal untuk menghentikan perdarahan atau memperbaiki jaringan. Hal inilah yang membuat tindakan pencabutan bisa berisiko tinggi bila tidak dikelola dengan baik.

Saat konsultasi untuk pencabutan gigi, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh. Apabila diperlukan, pasien akan diminta menyertakan surat rujukan dari dokter yang menangani penyakit dalam pasien tersebut.

Risiko cabut gigi pada pasien dengan penyakit dalam tertentu

1. Pasien Diabetes Mellitus (Kencing Manis)

Penderita diabetes memiliki kadar gula darah tinggi yang dapat menghambat penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi setelah pencabutan. Jika kadar gula tidak terkontrol, luka bekas pencabutan bisa sulit sembuh dan menjadi pintu masuk bagi bakteri. Oleh karena itu, pencabutan gigi sebaiknya dilakukan hanya saat kadar gula darah stabil dibawah pengawasan dokter.

2. Pasien Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Pasien dengan tekanan darah tinggi berisiko mengalami perdarahan berlebihan atau lonjakan tekanan darah mendadak saat prosedur dilakukan. Obat bius lokal yang mengandung adrenalin pun bisa memicu peningkatan tekanan darah lebih lanjut. Sebelum pencabutan, tekanan darah pasien harus dipastikan dalam batas aman, dan dokter mungkin akan memilih jenis anestesi khusus tanpa kandungan vasokonstriktor yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

3. Pasien Penyakit Jantung

Pada penderita penyakit jantung, pencabutan gigi dapat memicu stres dan peningkatan detak jantung. Selain itu, pasien yang menggunakan obat pengencer darah berisiko mengalami perdarahan yang sulit berhenti. Dokter gigi akan bekerja sama dengan dokter jantung untuk menyesuaikan waktu pencabutan dan menilai apakah obat perlu dihentikan sementara.

4. Pasien dengan Gangguan Pembekuan Darah

Pasien hemofilia atau pasien yang rutin mengonsumsi obat antikoagulan memiliki risiko tinggi karena memiliki gangguan terhadap pembekuan darah. Karena pembekuan fibrin terganggu dan perdarahan cenderung berlangsung lama setelah trauma atau prosedur invasif seperti pencabutan gigi. Dalam kasus ini, cabut gigi hanya boleh dilakukan setelah mendapat izin dokter dan dengan pengawasan ketat di fasilitas medis yang memadai.

5. Pasien Penyakit Ginjal atau Hati

Ginjal dan hati berperan penting dalam metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Jika ginjal atau hati tidak berfungsi optimal, tubuh bisa sulit mengelola efek anestesi dan infeksi lebih mudah terjadi. Pencabutan harus dilakukan dengan penyesuaian dosis dan pemilihan obat yang aman bagi kondisi pasien.

Kalau kamu hendak melakukan pencabutan gigi, ini yang harus kamu persiapkan

Agar pencabutan gigi tetap aman bagi pasien dengan penyakit dalam, langkah-langkah berikut perlu diperhatikan:

  1. Lakukan medical check-up jika diperlukan. Misalnya pemeriksaan gula darah, tekanan darah, atau fungsi hati dan ginjal.
  2. Jaga kadar gula agar tetap stabil. Tindakan hanya dilakukan jika kondisi tubuh pasien dalam keadaan terkontrol.
  3. Ikuti petunjuk dokter untuk perawatan pasca pencabutan. Hindari aktivitas berat, konsumsi makanan lembut, dan jaga kebersihan mulut agar luka cepat sembuh tanpa infeksi.

Cabut gigi pada pasien dengan penyakit dalam memerlukan perencanaan dan pengawasan medis yang hati-hati. Setiap penyakit memiliki risiko dan penanganan yang berbeda, sehingga pemeriksaan awal oleh dokter gigi dan koordinasi dengan dokter penyakit dalam sangat penting untuk menghindari komplikasi serius. Langkah terbaik adalah tidak menunda pemeriksaan gigi, agar masalah dapat diatasi lebih awal sebelum membutuhkan tindakan pencabutan yang berisiko tinggi. 

Lakukan pemeriksaan gigi kamu hanya di Maesa Dental Clinic untuk mendapatkan pelayanan dan tindakan yang aman dan nyaman. RSVP Sekarang!


Baca Juga: Yuk Ketahui Manfaat Direct Veneer, Cara Agar Gigi Putih Seketika!



Referensi:

Srivastava A, Santagostino E, Dougall A, et al. WFH Guidelines for the Management of Hemophilia, 3rd edition. Haemophilia. 2020: 26(Suppl 6): 1-158. https://doi.org/10.1111/hae.14046

Hersh EV, Giannakopoulos H, Levin LM, Secreto S, Moore PA, Peterson C, Hutcheson M, Bouhajib M, Mosenkis A, Townsend RR. The pharmacokinetics and cardiovascular effects of high-dose articaine with 1:100,000 and 1:200,000 epinephrine. J Am Dent Assoc. 2006 Nov;137(11):1562-71. doi: 10.14219/jada.archive.2006.0092. PMID: 17082283.



Tersambung lebih dari
sekadar janji temu.

Smile Connect dan Mae Care Program adalah layanan pendampingan kesehatan gigi yang personal, hangat, dan profesional.Temui kami di hari terbaik untuk senyummu

SMILE CONNECT Maesa Dental Clinic | Klinik Gigi Terbaik

Smile Connect

Our expert strives to make each interaction with patients clear, concise, and inviting. Support the important work of Maesa Dental by making a much-needed donation today.


MAE CARE Maesa Dental Clinic | Klinik Gigi Terbaik

Mae Care

Our expert strives to make each interaction with patients clear, concise, and inviting. Support the important work of Maesa Dental by making a much-needed donation today.


Insurance Partners

Karena kesehatan dan keamanan Anda adalah prioritas kami, kami hadir bersama mitra asuransi terbaik untuk menjaga setiap langkah Anda.